
WHO Peringatkan Gizi Buruk di Gaza, Data Terbaru Tewaskan 74 Orang
Masalah gizi buruk di Jalur Gaza kini memasuki fase yang sangat mengkhawatirkan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa sejak awal tahun 2025, telah terjadi lonjakan kematian yang signifikan akibat kondisi ini.
Jumlah korban terus bertambah, terutama pada bulan Juli, dengan puluhan anak dan orang dewasa kehilangan nyawa. WHO mendesak tindakan segera untuk menyalurkan bantuan pangan, obat-obatan, serta pasokan terapeutik guna menyelamatkan populasi yang paling rentan.
WHO Serukan Aksi Cepat Atasi Gizi Buruk Akut di Gaza
Dilansir melalui Antara, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa gizi buruk di Jalur Gaza telah menyebabkan 74 kematian sejak awal tahun. Sebanyak 63 kematian terjadi hanya dalam satu bulan, yaitu Juli.
Dalam pernyataannya pada Minggu (27/7), WHO mendesak perlunya tindakan segera untuk menyalurkan bantuan makanan dan pasokan penting ke Gaza. “Kita harus mempercepat pengiriman pasokan terapeutik, terutama untuk anak-anak dan kelompok rentan,” tegas WHO.
Sejak Mei, kasus malnutrisi meningkat tajam, dan pada dua pekan pertama Juli, lebih dari 5.000 balita menjalani rawat jalan. Dari jumlah tersebut, 18 persen anak didiagnosis mengalami gizi buruk akut parah (severe acute malnutrition/SAM).
Baca Juga: Perang Thailand Kamboja Meledak, Serangan Jet F-16 Pecah!
Korban jiwa akibat gizi buruk mencakup 24 balita, satu anak usia sekolah, dan 38 orang dewasa. Kondisi ini memperlihatkan dampak menyeluruh terhadap seluruh kelompok usia, tanpa kecuali.
Gaza City menjadi wilayah paling terdampak, dengan hampir satu dari lima anak balita mengalami gizi buruk akut. WHO juga menyebutkan bahwa jumlah kasus sebenarnya bisa lebih tinggi karena keterbatasan akses layanan kesehatan.
Fasilitas kesehatan di Gaza kewalahan menangani pasien, karena empat pusat perawatan gizi buruk yang ada sudah melampaui kapasitas. Pasokan bahan bakar dan obat menipis, sementara tenaga medis bekerja dalam kondisi kelelahan ekstrem.
Kerusakan sistem air dan sanitasi makin memperburuk kondisi, mempercepat penyebaran penyakit yang berisiko memicu kematian tambahan. Situasi ini menciptakan siklus mematikan antara penyakit dan gizi buruk yang terus berulang.
Sejak 27 Mei, lebih dari 1.060 orang tewas dan 7.200 lainnya terluka saat mencoba mendapatkan makanan. Banyak keluarga mengambil risiko besar hanya demi bertahan hidup di tengah kekacauan yang tak kunjung reda.***