
Deretan kompilasi berita Mei 2025 mulai dari kebijakan Dedi Mulyadi kirim anak nakal ke barak militer hingga Job Fair ricuh di Bekasi.
Bulan Mei menghadirkan rangkaian peristiwa yang penuh warna, mulai dari isu politik hingga perkembangan teknologi mutakhir. Artikel ini merangkum sejumlah berita kompilasi berita Mei 2025 yang paling mencuri perhatian publik, dengan pendekatan informatif dan terpercaya.
Disusun secara sistematis, kompilasi ini memberikan gambaran utuh tentang dinamika yang terjadi di berbagai sektor. Mari simak selengkapnya untuk memahami bagaimana berita-berita tersebut membentuk opini dan arah perkembangan masyarakat saat ini.
Kompilasi Berita Mei 2025
Apa yang sedang terjadi di bulan Mei 2025? Berikut daftar kompilasi berita Mei yang sudah kami rangkum beserta faktanya!
1. Dedi Mulyadi Kirim Anak Nakal ke Barak Militer
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mencetuskan program pendidikan karakter dengan mengirim pelajar yang dianggap bermasalah ke barak militer selama 14 hari. Program ini menuai kritik karena dinilai tak memiliki dasar hukum, kajian akademis, maupun kurikulum yang terstruktur.
Para pengamat khawatir pembinaan di lingkungan militer justru bisa berdampak negatif pada perkembangan psikologis anak, seperti menumbuhkan sikap agresif atau menghambat kreativitas. Namun, Bupati Purwakarta, Saepul Bahri Binzein, mendukung penuh program tersebut sebagai upaya pemerintah menangani degradasi moral remaja.
Selama berada di barak, siswa mengikuti jadwal disiplin mulai dari bangun dini hari, salat berjamaah, latihan fisik, hingga belajar di kelas. Mereka juga harus mencuci pakaian sendiri dan tetap diajarkan pelajaran sekolah oleh guru yang ditugaskan secara bergilir.
Program ini hanya diikuti oleh siswa yang telah melalui proses seleksi dan disetujui oleh orang tua. Beberapa orang tua mengaku mulai melihat perubahan positif dalam perilaku anak mereka setelah mengikuti kegiatan ini.
2. Ramai Grup Fantasi Sedarah
Kompilasi berita Mei selanjutnya adalah kegegeran publik tentang grup Facebook bernama “Fantasi Sedara”. Istilah ini sempat ramai dibahas di media sosial karena terkait dengan sebuah grup yang memuat konten yang tidak sesuai dengan norma sosial dan hukum. Grup tersebut berisi cerita-cerita fantasi yang melibatkan hubungan keluarga yang seharusnya dijaga dengan baik.
Konten dalam grup ini dianggap sangat merugikan dan melanggar hak-hak anak, sehingga mendapat perhatian dari pihak berwenang. Pemerintah dan kepolisian pun mengambil langkah dengan memblokir grup tersebut dan melakukan penyelidikan lebih lanjut.
Grup ini dibuat pada tahun 2024 dan sempat memiliki banyak anggota sebelum akhirnya ditutup oleh platform media sosial. Ada juga aktivitas jual beli konten yang terkait dengan grup ini yang menjadi bagian dari penyelidikan.
Beberapa orang yang terlibat sudah ditangkap dan menghadapi proses hukum sesuai dengan peraturan yang berlaku. Ancaman hukuman bagi pelaku termasuk pidana penjara dan denda berat sebagai upaya menjaga keamanan dan kesejahteraan masyarakat.
Baca Juga: Sudah Tahu Belum? Begini Sejarah Mobil Lexus Milik Streamer DEANKT yang Kini Jadi Ikon Mobil Mewah
3. Viral Foto Ai Jokowi Ciuman dengan Prabowo
Seorang mahasiswa ITB ditahan karena mengunggah meme yang menampilkan Presiden Prabowo Subianto dan mantan Presiden Joko Widodo dalam bentuk yang kontroversial. Penahanan ini memicu perdebatan mengenai kebebasan berekspresi di Indonesia.
Direktur Amnesty Internasional Indonesia menilai penangkapan tersebut sebagai bentuk pembungkaman kritik yang menggunakan alasan kesusilaan. Ia menyebut ini adalah salah satu contoh tindakan represif yang kerap dilakukan terhadap masyarakat yang menyuarakan pendapat.
Dalam lima tahun terakhir, banyak kasus kriminalisasi kebebasan berpendapat yang menggunakan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Polri dan pemerintah daerah tercatat sebagai pihak yang paling sering melakukan tindakan tersebut.
Pihak kampus ITB telah berkoordinasi dengan keluarga mahasiswa yang ditahan dan memberikan dukungan pendampingan. Sementara itu, kepolisian masih melakukan penyidikan terkait kasus tersebut.
4. Trump Larang Harvard Terima Mahasiswa Asing
Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat mencabut izin Harvard untuk menerima mahasiswa internasional karena dianggap tidak memenuhi persyaratan pemerintah. Keputusan ini diumumkan setelah ketegangan antara pemerintah dan Harvard terkait pengawasan proses penerimaan mahasiswa dan perekrutan staf.
Menteri Keamanan Dalam Negeri menyebut Harvard dianggap menciptakan lingkungan yang tidak aman dan bermusuhan terhadap mahasiswa Yahudi, serta menerapkan kebijakan yang kontroversial di kampus. Pemerintah memberi waktu 72 jam kepada Harvard untuk menyerahkan dokumen terkait mahasiswa asing agar bisa mendapatkan kembali izin tersebut.
Harvard membantah semua tuduhan dan menyatakan langkah pemerintah tersebut melanggar hukum serta berpotensi merugikan komunitas kampus dan misi akademiknya. Universitas ini menegaskan komitmennya untuk terus mendukung mahasiswa internasional yang saat ini berjumlah hampir 6.800 orang.
Kasus ini menjadi peringatan bagi institusi akademik lain di AS tentang pentingnya kepatuhan terhadap aturan pemerintah. Harvard tetap berupaya mempertahankan reputasi dan keberlangsungan program pendidikan internasionalnya di tengah situasi yang sulit ini.
5. Job Fair di Bekasi yang Ricuh
Pemerintah Kabupaten Bekasi mengadakan Job Fair “Bekasi Pasti Kerja 2025” untuk membuka akses pekerjaan bagi masyarakat dengan menghadirkan berbagai perusahaan. Namun, acara yang awalnya berjalan lancar berubah ricuh karena peserta berebut pamflet berisi kode QR untuk melamar kerja, menyebabkan beberapa pencari kerja pingsan akibat terhimpit kerumunan.
Acara ini dihadiri sekitar 25.000 pencari kerja, sementara jumlah lowongan yang tersedia hanya sekitar 2.500 posisi, sehingga terjadi ketimpangan antara penawaran dan permintaan kerja. Situasi tersebut menimbulkan kekecewaan dan menunjukkan perlunya perhatian lebih serius dari pemerintah untuk menciptakan lapangan kerja yang lebih memadai dan merata.
Kerusuhan dipicu oleh perebutan pamflet kode QR sebelum dibagikan secara teratur, yang menyebabkan dorong-dorongan dan benturan fisik di tengah kerumunan padat. Sistem distribusi informasi yang kurang efisien dan tekanan peserta akibat persaingan ketat juga menjadi faktor pemicu ketegangan.
Berbagai pihak mengkritik pemerintah dan penyelenggara karena kurangnya persiapan dan fasilitas yang memadai, hingga mendorong usulan agar job fair diselenggarakan di tingkat kecamatan dan menggunakan sistem wawancara daring. Pendekatan ini diharapkan dapat mengurangi kerumunan, memperlancar proses seleksi, dan menciptakan suasana yang lebih aman dan nyaman bagi pencari kerja.
Kompilasi berita Mei ini memberikan gambaran yang kaya akan dinamika sosial, politik, dan ekonomi yang sedang berlangsung. Kompilasi berita Mei 2025 ini menyajikan berbagai peristiwa yang patut menjadi perhatian bersama.
Jangan lewatkan untuk membaca lebih lengkap mengenai berita-berita terkini yang telah dirangkum. Kunjungi e-magazine Serpihan Fakta di halaman berikut https://bit.ly/SerpihanFaktaEdisiMei untuk mendapatkan informasi kompilasi berita Mei 2025 paling lengkap!